Monday, January 23, 2017

Garis Waktu

Art by Helena888


"Dasar PHO!"

Itu kata-kata yang kudengar dari mulutnya--mantanku, teman- temannya, dan orang-orang kebanyakan. Kepada Dia yang kini kupilih menjadi kekasih. Tidak bisa seenak perut kita menghakimi dia sebagai perusak hubungan karena memang dalam sudut pandangku, dia tak merusak apa-apa.

Hubunganku--dengan mantanku, pada dasarnya sudah rusak. Kacau, berantakan. Seperti rumah yang pagarnya terus dipugar namun, isinya penuh semak belukar. Sudah terlalu lama aku ingin mengakhiri hubungan itu, tetapi tak kunjung menemukan moment yang tepat untuk mengakhirinya. Ku tunggu mantanku yang menggunting pita di garis batas, ia tak juga melakukannya. Setahun berlalu dengan kulit yang baik-baik saja, tetapi jantung di dada kian melemah degupnya. Aku ingin sekali menyudahinya namun, lagi-lagi waktu tak jua mengantarku pada waktu-waktu yang tepat tuk berpisah.

Ya ya ya, kalian semua mengira kami bahagia, aku baik-baik saja, dan ia penuh cinta. Tidak ada yang mengira jika aku merana, menyimpan segala hal yang tidak ku suka darinya dan ia pun tak kunjung menampakkan perubahan, padahal ia telah berjanji akan berubah. Mantanku tahu aku tak bisa melanjutkan rajutan cinta, jika ia terus menerus merawat sifatnya yang tidak pernah bisa aku terima. Tapi toh mantanku enggan berubah dan tetap menjadi seperti biasa.

Aku juga sadar, ular, secute apapun warna sisiknya, dia tetaplah seeokor ular, berbisa, mematuk atau melilit: berbahaya!  Tapi lagi-lagi, aku tak juga menemukan waktu tuk menghabisi ular itu, meskipun samurai telah siap dengan segala ketajamannya.

Jauh di dasar hatiku, sebenarnya aku tidak tega. Tidak tega bila aku yang mengakhiri hubungan yang sudah cukup lama telah kami jalani. Lebih-lebih, orang tua kami sudah saling mengenal. Berat? Berat, tetapi lebih berat menjalani huhungan tanpa ada rasa nyaman di dalamnya. Aku menunggu mantanku yang menyelesaikan keruwetan ini. 

Hubunganku dengan mantanku sudah rusak, lalu aku mengenal Dia di garis waktu yang tepat di masa-masa hambar mendominasi hubunganku dengannya. Dia hadir dengan segala hal yang berkebalikan dengan (sifat-sifat yang tidak ku suka pada) mantanku.

Aku tidak sedang dalam mencari pelarian atau sengaja menjadikan Dia pelarian yang kebanyakan manis di awal dan akan berakhir sama dengan mantan sebelumnya.  Aku benar-benar melihat Dia sebagaimana pandanganku terhadap kriteria kekasih ideal untuk diriku. Semakin lama, semakin aku dekat dengan Dia. Dia lah yang aku cari. Dia lah yang aku inginkan. Sekali lagi, Dia bukan pelarian. Aku benar-benar jatuh cinta padanya. 

Jika kau tanya bagaimana perasaannya? Ya, Dia juga jatuh cinta kepadaku. Sampai aku dan Dia memutuskan untuk bersama, aku tak kunjung putus dengan mantanku. Terserah apa kata dunia. Aku sudah tidak peduli. Aku sudah menemukan apa yang aku cari. Kan ku cari waktu tuk mengakhiri hubungan yang sudah sangat kering itu. Sialnya, apa yang terjadi terendus oleh mantanku. Apa lacur, nasi sudah menjadi bubur. Aku siap menghadapi kenyataan ini sampai lebur.

Mantanku minta aku memilih siapa. Dan maaf, aku memilih Dia. Terserah jika mereka bilang ini perselingkuhan. Menghujamku dengan quote maha benar "harusnya putus dulu sama yang lama, lalu jadian dengan yang baru". Tetapi, realita tidak sesederhana itu dear.

Meskipun Dia dilabeli dengan sebutan perusak hubungan orang, bagiku tidak. Dia tak pernah merusak. Dia tak pernah datang merayu. Dia juga tak pernah merebut, sebab aku ini bukan piala. Aku yang memilihnya. Semua ini hanya persoalan garis waktu yang tak tepat dan aku yang sedikit bangsat.

More Story: https://steller.co/peyempuan