Bukan
apa-apa, sebagai peyempuan aku butuh perhatian.
Aku butuh dimanjain, aku butuh
pundak untuk bersandar, aku butuh raga untuk dipeluk.
Disaat kau rapuh dan
butuh seseorang untuk hanya tak sekedar curhat, aku tak bisa melakukannya.
Lagi
dan lagi, telponan adalah cara kita untuk saling peduli dan mengganti raga yang
terbatas ini.
“Kamu di mana yank?”
“Di kamar...”
“Lagi ngapain?”
“Meluk guling”
Huh, lagi dan lagi...
Harusnya
aku yang dia peluk, bukan guling.
Harusnya aku yang menghirup aroma wangi
tubuhnya, bukan guling.
Harusnya aku yang merasakan hangat dekapannya, bukan
guling.
Harusnya aku yang mendengar dengkurannya saat tidur, bukan guling.
Harusnya aku yang melihat muka jeleknya saat baru bangun tidur, bukan guling.
HARUSNYA AKU, BUKAN GULING!
(Ini adalah sepotong paragraf yang -mungkin- akan ada dibuku peyemp)