Saturday, May 21, 2016

Fatimah & Alexander

Apa yang mereka resahkan sejak melangkah pada kisahnya, akhirnya terjadi. Fatimah dan Alexander sampai di simpang jalan, di garis batas penentuan. Cinta sudah membawa keduanya pada hal-hal tidak biasa, kecuali soal merobohkan tembok kokoh itu, sampai detak jantung yang baru saja berlalu, akal mereka tetap tak pernah bertemu.


"Ah, kenapa kita jatuh sedalam- dalamnya? padahal tahu begini akhirnya" sesal Fatimah.

Tidak pernah ada yang dipaksa, tidak ada yang terpaksa. Perasaan yang meletup-letup itu telah membakar mereka sehangus-hangusnya.

"Aku tak mungkin melepas keyakinanku, kau tak mungkin meninggalkan kepercayaanmu". Lanjut Fatimah. "Memaksa salah satu dari kita ikut, juga adalah keegoisan"

Alex menyorot mata Fatimah setajam-tajamnya. Mencoba menelusur kedalaman resah yang telah menyandera.

"Apakah kita harus menempuh babak baru dalam perbedaan?" Pinta Alex.

"Perkara ini bukan hal yang mudah diterobos. Terlalu banyak yang kecewa bila kita memaksa bersatu dalam satu atap" jawab Fatimah.

"Ya, keluarga tak sedikitpun memberi celah untuk kita. Ingin rasanya pergi ke negeri yang tak memperkarakan hal-hal semacam ini. Kau mau ikut?" Ajak Alex sembari meremas lembut jemari Fatimah yang serupa lilin tanpa sumbu dan api.

"Tidak ada yang ragukan cintaku, cintamu, Tapi, bukan itu persoalannya. Cinta ini memang benar adanya, tapi faktanya... Kiblat kita (yang) berbeda".

Alex tertegun, matanya meneropong jauh. Pikirannya berkeliaran di tempat yang berbeda dengan Fatimah.

"Menjalaninya tak seseru dan selucu yang dibayangkan. Aku tidak siap pada keadaan itu" sambung Fatimah. Fatimah memeluk Alex dalam-dalam seperti para perantau yang baru saja bertemu ayah ibunya setelah puluhan tahun tak bertemu.

"Lebih baik habisi aku sekarang daripada harus menebang sendiri cinta yang telah kutanam bertahun lamanya!" Gusar Alex seraya melepas pelukan Fatimah dengan setengah meronta.

"Jangan Alex! Aku mau cinta ini tetap ada, tumbuh sampai waktu sendiri yang mematikannya!" Fatimah merayu. "Dan pada siapun kecupmu jatuh, ku harap rasa di antara kita tetap utuh".

"Bagaimana bisa!? Bercanda kamu!!

No comments:

Post a Comment